NewsMetroPariwisata

Wujudkan Pariwisata Yang Terintegrasi dan Berkelanjutan Melalui Konsep Ekowisata Sulawesi Tenggara

198
×

Wujudkan Pariwisata Yang Terintegrasi dan Berkelanjutan Melalui Konsep Ekowisata Sulawesi Tenggara

Share this article

TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI – Pariwisata berbasis lingkungan atau Ekowisata mulai tumbuh di era tahun 1970 hingga 1980 an, konsep ekowisata mulai tumbuh seiring dengan masifnya gerakan cinta lingkungan yang dipengaruhi oleh ketidakpuasan publik terhadap mass tourism (pariwisata massal) yang berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap wisata alam.

Namun harus disadari bahwa banyak hal fundamental harus pula di perhatikan, jika penerapan ekowisata itu benar-benar berjalan. Bagaimana kemudian kita memperhatikan dampak lingkungan, tradisi budaya hingga kearifan lokal, benefit bagi masyarakat, dan tentu strategi kepuasan pengunjung.

Namun pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan, justru menjadikan konsep ekowisata sebagai salah satu konsep kepariwisataan yang dimungkinkan bisa mewujudkan 2 harapan tersebut.

Melalui kegiatan Bimbingan Tekhnis (Bimtek) Tatakelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sulawesi tenggara sejak tanggal 24-27 November 2022 di Kota kendari, mencoba memberikan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para perencana dan pihak-pihak pengambil kebijakan regulasi di pemerintahan.

 

 

Kolaborasi para pembicara dari Dispar Sultra, Puslit Pesisir Laut UHO, Fakultas Ekonomi UHO, Dispar Kalimantan Timur, Cambridge University, Rhode Island University, Project Leader World Bank, Responsible Tourism Expert, Social Enterpreneur Ecotourism, memberikan banyak sudut pandang bagaimana membangun fundamental pariwisata yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Dari sejumlah paparan menyebutkan, bahwa Desa Wisata sebagai program kepariwisataan yang sangat dekat dengan konsep Ekowisata dalam mewujudkan pariwisata yang terintegrasi satu sama lain dalam hal ini desa satu dengan lainnya dan berkelanjutan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan terjaganya lingkungan serta alam disekitar desa wisata itu sendiri.

 

Menurut Michael A.Rice, Professor Dept. of Fisheries, Animal & Veterinary Sciences Universty of Rhode Island yang berkesempatan memamparkan materi di kegiatan ini, mengungkapkan bahwa pentingnya gerakan-gerakan yang lebih konservativ menjadi bagian dari atmosfer kepariwisataan itu sendiri, demi menjaga dampak buruk terhadap lingkungan.

” perkuat peraturan pariwisata yang meminimalkan limbah, memahami model-model atau konsep pengurangan resiko terhadap lingkungan, memahamai konsep model pembuangan limbah, konsep bijak dalam menghadapi sampah kertas, plasti dan limbah padat lainnya. Ini semua berguna untuk keberlanjutan pariwisata yang berlatar belakang pemanfaatan lingkungan alam. ” ucap Rice dalam paparannya.

Sementara itu kolbaroasi tim pelatih para peserta perencana dari Dispar Sultra dan LPPM UHO sendiri mengusung beberapa poin penting, diantaranya terkait konsep Ekowisata sangat terkait dengan perencanaan dan kebijakan pembangunan dari semua tingkatan pemerintah, masyarakat, dan mitra (NGO, swasta, akademisi dll) .

Keunggulan Komparatifnya yaitu Seven Wonders South East Sulawesi memiliki pesona alam yang indah dengan cirikhas tersendiri, kemudian Nilai sosial dan budaya (Wisatawan dapat merasakan budaya yang berbeda melalui seni, ukiran, tarian, pakaian, lagu, cerita atau makanan khas daerah).

Sementara untuk Keunggulan Kompetitifnya menyangkut Kearifan Lokal, Excellent Service dan Hispotality, Pariwisata Digital dan Pariwisata Lestari, serta penguatan komunitas dan ekosistem Ekonomi Kreatif (Ekraf) pada lokasi destinasi.

Kegiatan BIMTEK yang berlngsung selama 3 hari ini, di tutup dengan kunjungan lapangan para peserta dari pemerintahan hingga perwakilan Dispar Kabupaten/Kota di Sultra, berlokasi di kawasan Pantai Toronipa dirangkaikan dengan Aksi bersih disekitar Destinasi.

 

Redaksi/teramedia.id