TERAMEDIA.ID, KOLAKA UTARA – Di jantung Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kecamatan Batu Putih, terhampar sebuah surga tersembunyi yang kian bersinar terang Desa Wisata Jelajah Alam Batu Putih. Saat Anda melangkah ke kelurahan ini, Anda tak hanya disambut keindahan alam yang memukau, tapi juga kehangatan masyarakat lokal yang senantiasa menjaga kearifan budaya mereka.

Deretan bebatuan kapur berwarna putih pualam yang menjadi ciri khas utama desa ini. Formasi geologi unik ini tak hanya menciptakan lanskap yang menakjubkan, namun juga menjadi saksi bisu sejarah panjang dan kekayaan alam Kolaka Utara. Di sela-sela bebatuan raksasa ini, terhampar teras-teras sungai bak permadani alam yang menghampar di lereng bukit. Suara gemericik air dari aliran sungai, menciptakan simfoni alami yang menenangkan jiwa dan mengajak Anda untuk sejenak melupakan hiruk pikuk perkotaan.
Tebing Si Kuku, menjadi salah satu spot andalan di desa wisata ini, berbagai goa dengan sejuta ceritanya, hingga keunikan alam lainnya, menjadi menu jelajah bagi pengunjung wisata di kawasan ini.


Namun dibalik kemegahan alamnya, dengan konsep wisata alam terbuka dan petualangan Desa Wisata Jelajah Alama Batu Putih menyimpan potensi kerjaninan khas produk local masyarakat setempat yang bisa dijadikan cenderamata unik den menambah kenangan indah saat berwisata ke sini.

Adalah kerajinan tangan atau produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menggunakan bahan baku Limbah Tempurung Kelapa, di kreasikan hingga menjadi produk bernilai tinggi dan cukup laku dipasaran hingga mencapai mancanegara.

Sosok Pelaku Ekonomi Kreatif Tempurung Kelapa Batu Putih
Adalah Maryanto yang akrab di sapa Ari, seorang pelaku ekonomi Kreatif di Kelurahan Batu Putih atau Desa Wisata Jelajah Batu Putih. Sosok pria asal Patih Jawa Tengah ini memulai home industrynya di pengolahan limbah kelapa atau tempurung kelapa sejak tahun 2020 silam.

Seorang kelahiran Jawa Tengah ini, Bisa sampai ke batu putih karena sempat bertemu kekasih (istri) di tanah Papua pada tahun 2017. Dimana sang istri saat itu juga merantau ke papua untuk bekerja. Istri merupakan orang asli Batu Putih.
Setelah menikah akhirnya hijrah ke Kelurahan Batu Putih dan memulai status sebagai pasangan keluarga warga batu putih.
Ari Sendiri sudah lama memiliki jiwa seni, sehingga tergerak lah hatinya untuk melihat potensi bahan baku yang ada disekitar rumahnya di batuh putih, yang menurutnya kalau di olah bisa menjadi barang bernilai dan menjadi bentukan usaha sendiri.
Ari sendiri dikenal sebagai salah satu pelaku ekonomi kreatif yang mengemuka di daerahnya. Sejumlah prestasi nasional pun pernah diraih dalam mendorong dunia ekonomi kreatif di Batu Putih bisa tumbuh berkembang. Salah satu prestasi seni nya terlihat di kegiatan lomba kerajinan seni kriya tingkat SMAse Sultra, dimana saat itu Ari selaku mentor mampu membawa salah satu sekolah dikolaka utara menjadi juara 1 dan mewakili sultra diajang nasional.
Ari yang juga menjabat di sejumlah organisasi kemasyarakatan diantaranya, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Batu Putih atau Desa Wisata Jelajah Alam Batu Putih, yang juga merupakan Ketua Karang Taruna Pucuk Mekar, Koordinatr Kecamatan (Korcam) UMKM Muda Berkarya, Korcam Dewan Kesenian Daerah, pernah meraih penghargaan atas dedikasi Lembaga yang dipimpin dalam memndukung pengembangan potensi daerah.
Membangun ARIA CRAFT
Setelah melihat potensi limbah tempurung kelapa disekitar rumahnya cukup banyak, Ari kemudian memulai membangun ruang kerja sendiri atau disitilahkan workshop limbah tempurung yang ia bangun dirumahnya sendiri dengan nama ARIA CRAFT.
Sejumlah peralatan satu demi satu mulai diadakan, untuk lebih memudahkan dalam pengerjaan produk tempurung yang dibuatnya.

Meski belum memiliki tenaga kerja, namun Ari mengaku dirinya masih bisa menyelesaikan sejumlah pesanan pelanggan. Memang terasa berat jika berhadapan dengan pesanan yang menumpuk, namun dirinya belum memutuskan untuk mengangkat karyawan. Karena diakui sebagian besar konsumennya melalui request atau pesanan saja, belum ada gallery penjualan yang setiap hari menerima pelanggan.
“ untuk konsumen saya sampai saat ini tergantung pesanan. Mulai design hingga pembuatan masih saya jalankan sendiri. Karena pesanan juga tidak tiap hari, kecuali memang ada pesanan dengan jumlah besar, saya akui cukup berat namun tidak setiap waktu pesanan partai banyak itu datang “ ujar Ari.
Pengolahan Produk
Untuk produk-produk yang dihasilkan, Ari mengaku memiliki tantangan dan waktu pengerjaan yang berbeda-beda. Desain menentukan tingkat kerumitan dana lama waktu kerja sebuah produk yang dihasilkan.

“ untuk Rata-rata itu pembuatan tergantung segi kesulitanya. Kalau macam bentukan, paling gampang dan cepat dikerjakan tidak sampai sejam. Yang rumit itu kaya desain tugu kelapa yang jadi cenderamata kabupaten, itu sampai dua hari baru jadi, karena susunannya itu sulit, karena kita ikuti posturan bentuk kelapa.” Lugas Ari.
Ari mengaku itu belum lagi waktu desain kadang bisa butuh semingguan untuk bisa mendapatkan struktur yang bagus.
Bentukan produk menyesuaikan desain, ketermapilan dalam menghasilkan bentukan sesuai desain, pembersihan, hingga penghalusan medan tempurung tentu dibutuhkan kesavaran tersendiri. Tidak ada proses kimiawi yang dilakukan untuk pembuatan sbeuah produk.
Desain, pembersihan tempurung, pembentukan model di wadah tempurung, penghalusan, dan finishing adalah tahapan secara umum dalam menghasilkan sebuah produk kerajinan tempurung kelapa.
“ pengerjaan tanpa desain khusus cukup cepat, hanya desain sederhana, kemudian pembersihan media tempurung, mengtur pola desain di tmepurung, merapikian dan finisihing. Namun semua produk tahap pembuatannya harus bernilai estetika tersendiri. “ ungkap Ari.
Dalam pemilihan tempurung juga Ari sudah memilah tentan plus minus tempurung yang tua ataupun muda. Karena bisa memmpengaruhi jenis produk yang akan dihasilkan nantinya.
Pemasaran Produk
Hasil produk Ari tidak hanya laku dikalangan masyarakat atau wisatawan yang kebetulan berkunjung di Desa Wisata Jelajah Alam Batu Putih, namun juga sering menjadi pesnaan pemerintah kabupaten kolaka utara, untuk sekedar cendera mata bagi tamu-tamu penting.
Harga yang di patok untuk sebuah produk dengan desain-desain berbeda mulai kisaran 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah sesuai tingkat kesulitannya.
Ari mengaku hingga saat ini hasil karyanya cukup disukai konsumen, karena memang diciptakan sesuai dengan keinginan konsumen. Terkait ketahanan produknya Ari menjamin kekuatannya, karena sudah ada konsumen yang menggunakan produknya hingga 3 tahun masih bertahan.
Kata Ari “ meskipun ini dari tempurung tidak memmpengaruhi higienitas minuman atau makanan yang menggunakan produknya sebagai wadah. Kadang konsumen ada yang minta harus dipernis semua, tapi ada juga konsumen yang minta tidak usah di pernis mau yang natural.”.
Lanjut Ari “ untuk pemasaran saya hanya bermodal media sosial, dan Alhamdulillah sudah pernah dipesan sampai 100 barang untuk dibawa ke hongkong “.
Harapan
Ari berharap dukungan pemerintah bisa lebih berpihak lagi kepadanya, sebab dirinya mengaku pernah ingin pindah ke Wakatobi, dengan alasan menjadi slah satu pusat kunjungan wiaata yang kuat di Sulawesi Tenggara.

“ saya pernah agak frustasi baik sisi dukungan pemerintah maupun non pemerintah, maupun terkait pasar disini. Dan saya sudahbertekad ingin ke wakatobi membangun usaha seperti ini karena saat itu belum ada sepengetahuan saya. Namun sejumlah pihak melarangnya untuk keluar dari Batu Putih dan melanjutkan seluruh program ekonomi kreatif dan pengembangan Desa Wisata yang ada di wilayahya.

Ari berharap kolaborasi agar produk-produk UMKM yang sudah teruji kualitasnya dapat dukungan baik. Selain mendukung kekuatan Desa Wisata Jelajah Alam Batu Putih tentunya bisa menambah nilai ekonomi masyarakat. (Adv-i)
Editor:NZ