NewsMetro

Kasus PMK Ternak Wilayah Sultra, Terbanyak Ada di Kabupaten Koltim

198
×

Kasus PMK Ternak Wilayah Sultra, Terbanyak Ada di Kabupaten Koltim

Share this article

 

TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali melaporkan penambahan kasus baru Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi masyarakat.

Sebagaimana diketahui, temuan pertama kali kasus PMK berada di Kabupaten Kolaka Timur. Namun kini kasus PMK terdeteksi menyebar pada beberapa Kabupaten lain di Sultra.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra, La Ode Muh Rusdin Jaya mengatakan walaupun kasus PMK telah menyebar ke beberapa daerah, namun untuk wilayah Kepulauan masih terpantau bebas PMK.

Menurutnya, bertambahnya temuan kasus PMK tersebut akibat penyebaran melalui perantara manusia.

“Virus ini tidak bisa kita tahan seperti benda fisik ya, dia menyebarnya juga melalui beberapa perantara, bisa saja virusnya menempel di baju yang terkontaminasi virus,” ujarnya saat ditemui di Kantornya, Senin (21/2/2023).

Namun, pihaknya telah memfasilitasi pemberian vaksin dan obat-obatan ke sejumlah wilayah pelosok Kabupaten di Sultra untuk diberikan kepada ternak sapi.

Sementara, Kabid Peternakan dan Kesehatan, Distanak Sultra, LM Jabal mengatakan meski upaya pencegahan telah dilakukan, akan tetapi penularan virus itu bisa saja terjadi akibat faktor lainnya.

“Tidak bisa dipungkiri penularan virus ini tidak hanya terjadi karena kontak ternak. Melainkan penularan bisa dari pakaian petugas atau pihak yang telah terkontaminasi virus PMK dan secara tidak disadari menularkannya ke hewan ternak sapi lainnya.

Selain itu, penularan PMK ini bisa saja melalui kendaraan pengangkut sapi seperti mobil yang telah terkontaminasi virus sehingga penularannya terjadi.

“Misalnya saya dari daerah atau kandang sapi yang terjangkit virus kemudian saya masuk ke lokasi peternakan yang lainĀ itu terjadi penularan,” katanya.

Meski begitu, ia mengatakan jika PMK tak membahayakan manusia itu sendiri, akan tetapi bisa berdampak pada ekonomi masyarakat dan merugikan peternak sehingga produksinya menurun.

Ia menambahkan jika penyebaran virus tersebut tidak begitu signifikan, mengingat hal itu bisa diantisipasi dengan cara isolasi ternak yang terjangkit, pemberian obat dan vaksinasi.

“Sampai hari ini penyebarannya tidak masif dan masih bisa di lokalisasi,” tuturnya.

Sub Koordinator Keswan, Kesmavet dan Pasca Panen Distanak Sultra, drh Sangia Muldjabar menyebut jika kasus PMK di wilayah Sultra sangat berbeda dengan yang terjadi di wilayah pulau Jawa.

Ia menyebutkan, kondisi fisik ternak sapi yang terserang PMK di pulau Jawa mengalami kondisi seperti luka melepuh dimulut dan kuku terkelupas. Sementara kasus di kabupaten Kolaka Timur menunjukan fisik yang melepuh hanya dibagian sela-sela kuku saja.

Ia mengatakan kondisi ini karena penyakit PMK memang memiliki beberapa jenis dan dapat bermutasi sehingga gejala yang ditimbulkan pada setiap sapi bisa saja berbeda – beda.

“Itu perlu penelitian kenapa kasus di Kolaka Timur hanya di kaki sedangkan di Jawa itu ada di mulut dan kuku. Nah perlu diketahui, biasanya penyakit virus PMK itu banyak jenisnya tidak hanya satu,” katanya.

“Tapi kalau penyakit Itu gejala tidak harus dua-duanya muncul, salah satunya pun bisa dan jika didukung oleh laboratorium positif, itu kita sudah bisa nyatakan positif. Bahkan tanpa gejala saja bisa hasilnya positif,” ia menambahkan.

Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra per 17 Februari 2023 kasus PMK di Kolaka Timur saat ini ada 31 kasus, sebelumnya pada 31 Desember 2022 ada 25 kasus.

Kasus PMK bertambah sekiranya 6 kasus, di mana 2 kasus baru terjadi pada sapi, sedangkan 4 kasus baru lainnya kini menyerang ternak kambing.

“Tapi ini hanya di Kolaka Timur yang sudah menyerang kambing, kalau daerah lain masih sapi,” tegasnya.

Sangia mengatakan pengecekan yang dilakukan di luar Kabupaten Kolaka Timur baru berdasarkan pemeriksaan darah surveilens sebagai deteksi dini.

Novrianti Wartawan Teramedia, [20/02/2023 21:32]
“Apakah di wilayah tersebut ada virusnya atau tidak, ternyata saat kita ambil sampelnya dari hewan yang kita tidak duga, karena tidak ada gejala ternyata di dalam darahnya sudah terdeteksi,” ucapnya.

Kemudian kabupaten kota lainnya yang secara laboratorium melalui pemeriksaan darah menunjukan hasil positif PMK dan Seropositif PMK tetapi tidak ada gejala klinik.

Diantaranya Kolaka Utara ada 7 kasus, Konawe Utara 5 kasus, Bombana 29 kasus, Konawe Selatan 6 kasus, Konawe 23 kasus, serta Kota Kendari 13 kasus.

Sehingga saat ini total ada 114 kasus yang terdata, di mana 83 lainnya tidak bergejala yang tersebar di 6 kabupaten kota tersebut.

Reporter : Novrianti