TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan penanganan kasus stunting di Indonesia harus di tangani secara serius.
Namun Hasto menilai, hal tersebut tidak dibarengi dengan organisasi profesi yang belum secara serius fokus dalam mempertahankan pakemnya menangani kasus stunting ini.
Olehnya itu, melalui Ikatan Dokter Indonesia (IDI) diharapkan bisa menjadi organisasi profesi yang menghasilkan produk-produk profesional dalam penanganan stunting khususnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) dan pada umumnya di Indonesia.
“Supaya tetap menghasilkan produk-produk profesional untuk stunting, serta menjadi pelopor perubahan revolusi,” ungkap Hasto disela-sela kegiatan Rapat Kerja Nasional III IDI, Rabu (22/11/2023).
Terlebih menurutnya, edukasi oleh para provider dalam hal ini profesi dokter, sangat dibutuhkan.
“Karena hari ini stunting itu sebetulnya banyak orang yang memiliki makanan tetapi stunting, banyak yang memiliki uang tapi stunting, ada juga pendidikan tinggi tapi anaknya stunting, karena mindsetnya yang salah,” tuturnya.
Kesempatan sama, Ketua Umum PB IDI, DR. Dr. Muhammad Adib Khumaidi mengatakan penanganan kasus stunting perlu penguatan kolaborasi antar komponen masyarakat.
“Karena stunting ini bukan hanya problem kesehatan saja, karena dampak dari stunting itu akan berdampak terhadap permasalahan-permasalahan generasi emas kita,” katanya.
Ia menambahkan, terdapat beberapa kolaborasi antara pemerintah dan IDI. Yaitu dengan gerakan orang tua asuh dokter dan mendukung upaya pengentasan masalah stunting.
“Dan yang paling penting adalah, masalah stunting ini tidak hanya dikasih telur, atau susu saja tetapi harus ada upaya lain yang harus dilakukan, seperti pendidikan kesehatan pranikah, dimana hal tersebut merupakan syarat utama calon pengantin.
“Kami IDI siap menjadi patner utama terkait dengan masalah stunting,” tegasnya.*(NV)