PariwisataMetroNews

13 Kampung Wisata di Kota Kendari Butuh Monitoring dan Evaluasi

135
×

13 Kampung Wisata di Kota Kendari Butuh Monitoring dan Evaluasi

Share this article

TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI – Program pembentukan 13 Kampung Wisata di Kota Kendari merupakan langkah strategis Pemerintah Kota kendari dalam mendiversifikasi destinasi wisata yang tidak hanya terpusat di kawasan pantai atau pusat kota, tetapi juga menjangkau wilayah kelurahan dengan potensi alam, budaya, dan kearifan lokal yang khas.

Namun, seperti yang disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Kendari, Hj. Sasriati, perjalanan program ini tidak serta merta berjalan sesuai ekspektasi awal. Tantangan di lapangan masih cukup kompleks dan memerlukan intervensi serius serta berkelanjutan.

Sejak dicanangkan tahun 2023 lalu, 13 kelurahan yang ditetapkan sebagai Kampung Wisata di Kota Kendari diharapkan menjadi motor penggerak inovasi pariwisata berbasis masyarakat. Kehadiran kampung wisata seharusnya membawa semangat baru dalam pengelolaan kepariwisataan yang lebih inklusif, berdaya saing, serta memperkuat identitas budaya lokal. Namun, hingga kini, perkembangan di sebagian besar kampung wisata tersebut masih terbilang lambat. Hal ini bukan karena kurangnya potensi, tetapi karena kurangnya penguatan kelembagaan dan pendampingan secara intensif.

Kampung Pelangi - Nambo

“Program Kampung Wisata saat ini perlu dilakukan monitoring dan evaluasi dalam upaya pembinaan serta pengawasan terkait kelembagaan di 13 kampung wisata. Begitu pula dengan aktivitas Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) agar mereka mampu mengembangkan potensi masing-masing wilayah secara optimal,” ujar Sasriati pada 22 Mei 2025.

Salah satu kisah sukses yang sempat mengangkat nama Kota Kendari adalah pencapaian Kampung Wisata Watu-Watu Puncak Victo yang berhasil masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023. Prestasi ini seharusnya menjadi pemicu semangat, bukan puncak akhir dari program. Keberhasilan satu kampung wisata menunjukkan bahwa potensi itu nyata dan bisa berkembang apabila dikelola dengan serius dan konsisten.

Keberagaman karakter dari 13 kampung wisata yang ada di Kota Kendari sebenarnya merupakan kekuatan tersendiri. Setiap kampung memiliki keunikan baik dari segi alam, budaya, tradisi, hingga kearifan lokal. Misalnya, ada kampung dengan potensi ekowisata mangrove, seni tari tradisional, kuliner khas pesisir, hingga kerajinan tangan berbasis komunitas. Namun, belum semuanya mampu mengelola potensi tersebut menjadi produk wisata yang siap jual.

Disparekraf Kota Kendari melihat pentingnya keberlanjutan program ini melalui pendekatan terpadu. Tidak hanya fokus pada promosi, tetapi juga penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, akses terhadap pendanaan, dan pengembangan infrastruktur pendukung. Pemberdayaan Pokdarwis menjadi kunci utama karena mereka adalah ujung tombak dalam pengelolaan kampung wisata di lapangan.

Monitoring dan evaluasi menjadi alat untuk mengukur sejauh mana program kampung wisata berjalan sesuai dengan rencana. Dalam proses ini, dinas terkait akan melihat bagaimana pengelolaan dilakukan, apa saja tantangan yang dihadapi, dan solusi apa yang bisa diterapkan. Pendampingan oleh tenaga ahli dan fasilitator pariwisata juga diperlukan agar masyarakat lokal tidak berjalan sendiri dalam mengembangkan wilayahnya.

Sasriati menambahkan bahwa sinergi dengan stakeholder lain juga sangat diperlukan. Peran dinas terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pekerjaan Umum, hingga komunitas kreatif bisa memperkuat program ini. Bahkan, keterlibatan swasta melalui program CSR juga diharapkan bisa menyokong pengembangan sarana dan prasarana di kawasan kampung wisata.

Dengan komitmen yang kuat dan pendekatan yang lebih terarah, bukan tidak mungkin ke depan 13 kampung wisata di Kota Kendari bisa berkembang menjadi destinasi-destinasi unggulan yang membawa dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Kota Kendari akan memiliki beragam pilihan wisata, mulai dari wisata pantai, budaya, edukatif, hingga wisata berbasis komunitas yang autentik dan berkelanjutan.(ADV-AN)

Editor:NZ