NewsHukum & Kriminal

Tragedi Katedral Makassar, Tambah Panjang Daftar Pelaku Bom dan Teror oleh Pasangan Suami Istri

349
×

Tragedi Katedral Makassar, Tambah Panjang Daftar Pelaku Bom dan Teror oleh Pasangan Suami Istri

Share this article

Kendari (29/03/2021 – Kejadian Bom Bunuh Diri di Kota Makassar, yang melibatkan pasangan Suami Istri pasangan pengantin muda yang baru menikah kurang lebih 6 Bulan, menambah panjang deretan serangan teror dan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan suami istri bahkan hingga melibatkan keluarga sendiri.

Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers nya (29/03/2021) mengatakan, 2 Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Kota Makassar adalah Pasangan Suami istri, bahkan meninggal surat wasiat.

“Saudara L meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam jumpa pers, Senin (29/3).

pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan pasangan suami istri yang menikah enam bulan lalu. Pelaku laki-laki adalah inisial L, sedangkan pelaku perempuan adalah inisial YSF. Hingga saat ini Pihak Kepolisian masih menelusuri lebih dalam identitas lengkap kedua pelaku tersebut.

Atas kejadian ini tentu menambah panjang daftar Teror dan bom bunuh diri beberapa tahun terakhir di sejumlah wilayah tanah air.

Kita masih mengingat kejadian bom bunuh diri di Surabaya yang terjadi di beberapa tempat pada 13 mei 2018 lalu. Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela dan GKI Diponegoro yang melibatkan 1 keluarga suami istri dan anaknya masing-masing Dita Upriyanto (48), Puji Kuswati (43), dan empat orang anaknya yang bernama Yusuf Fadil (18), Firman Halim (16), Fadilah Sari (12), dan Pamela Rizkita (9). Mereka diketahui baru saja datang dari Suriah dan merupakan simpatisan ISIS serta jaringan JAD dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

Sebanyak 13 orang tewas dan 33 orang lainnya terluka dalam rangkaian bom bunuh diri tersebut.

Kemudian Aksi bom bunuh diri juga terjadi terjadi Tanggal 14 Mei 2018 di pintu gerbang Polrestabes Surabaya, pelakunya adalah sepasang suami istri bernama Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43) beserta 3 anaknya. Empat pelaku tewas, sementara 10 warga dan polisi terluka. Namun polisi berhasil menyelamatkan anak perempuan pelaku dari lokasi kejadian.

Selanjutnya Tanggal 15 Juli 2018 pasangan suami istri melemparkan bom panci yang berisi bahan peledak ke Mapolres Indramayu, Jawa Barat. Keduanya diketahui sebagai bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang dipimpin oleh Aman Abdurrahman.

Bahkan di negara tetangga Filipina pelaku bom bunuh diri Gereja Katedral di Jolo, jua pasangan suami istri asal indonesia atas na,a Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani saleh Keduanya adalah deportan dari Turki pada Januari 2017 dan berafilisi dengan ISIS.

Juga masih teringat di benak kita kasus yang menimpa Menko Polhukam Wiranto saat menjadi korban penusukan yang dilakukan sepasang suami istri, ketika melakukan kunjungan ke Lapangan Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kedua pelaku bernama Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan istrinya Fitria Diana. Wiranto ditikam di bagian perut. Setelah Wiranto terjatuh, pelaku melakukan perlawanan hingga melukai dada ajudan Wiranto, Fuad Syauqi.

Trend pelaku teror dan bomo bunuh diri yang dilakukan pasangan suami istri hingga melibatkan keluarga sendiri, tentu perlu kajian dan penelusuran mendalam. Apalagi kejadi Bom bunuh diri makassar di Gereja Katedral dilakukan oleh pasangan suami istri yang masih terbilang muda dan usia pelaku yang masih tergolong muda.

Menjadi kewaspadaan semua elemen masayarakat dalam mengawasi ruang-ruang doktrinisasi dan pemahaman keagamaan yang bisa menganggu ketentraman kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.