TERAMEDIA.ID, KONAWE SELATAN – Desa Wisata Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan hinga saat ini masih konsisten mengembangkan dunia kepariwisataan dari potensi yang dmiliki.
Desa Wisata yang juga mendapat pendampingan dari Indonesia Homestay Association (DPD IHSA Sultra) selama setahun terakhir Sejak terbukanya akses jalan meskipun masih kondisi jalur baru dan belum pengerasan apalagi pengaspalan, ada dampak tersendiri bagi kunjungan wisatawan ke desa wisata namu, yang sebelumnya hanya bisa di akses melalui trnasportasi laut.
Angka kunjungan wisatawan 1 tahun terakhir terus menunjukkan grafik kenaikan meskipun belum terlalu signifikan karena akses jalan yang terbuka masih belum maksimal. Rata-rata pengujung sebelumnya diangak 100-200 orang saat ini setiap bulan pada kisaran 200 hingga 400 orang yang berasal dari luar desa wisata namu. 90% rata-rata pengunjung berstatus nginap dengan lama tinggal minimal 2 hari 1 malam dengan menggunakan fasilitas camping ground dan homestay.
Nikson selaku Kepala Desa Namu menejlaskan, dampak dari tumbuhnya angka kunjungan ini, diawal tahun 2025 hadir 12 lapangan usaha baru milik Masyarakat di desa. Hal ini menunjukkan trend positif pengembangan kepariwisataan yang berdampak pada peningkatn ekonomi Masyarakat setempat meski angkanya belum signifikan.
“ memang dulu di kawasan pintu masuk sampai di Lokasi camping ground itu hanya 3 usaha mikro yang ada. Sekarang per awal tahun 2025 bertambah 13 usaha mikro level kios kelontong, kuliner, dan penyedia alat camping, transaksi keuangan dan telekomunikasi hadir. Kami dari pemerintah desa memediasi para pelaku usaha dengan pemilik lahan dan Alhamdulillah terjadi kesepakatan antar pemilik lahan dan sejumlah tempat usaha baru dan sudah berjalan saat ini. Ada juga tempat usaha yang memanfaatkan lahan sendiri karena memang wisatawan yang masuk ke camping ground otomatis akan melewati seluruh pemukiman warga sehingga potensi usaha cukup memungkinkan . “ujar Nikson saat ditemui.
Lanjut Nikson, semetara kami masih memberi kebebeasan ke pada pemilik usaha untuk menjaalankan usaha sesuai kemampuan, karena diakui awal-awal usaha Masyarakat butuh pengemalian modal yang sudah di keluarkan di awal. Namun kedepannya semua akan ditata mulai dari penataan kios dan konsep pelayanan mengingat asas sapta pesona di kawaan wisata yang menuntut ketertiban termasuk kondisi penataan kawasan usaha.
Sementara itu Ahmad Nizar selaku Ketua DPD IHSA Sultra dan ketua tim Desata Sultra yang melakukan pendampingan kepariwisataan mandiri di desa wisata Namu mengungkapkan bahwa, sejauh ini Namu baru pad posisi pergerakan 30 % dari konsep pengembangan desa wisata itu sendiri.
“ kami baru kurang lebih setahun melakukan pendampingan kepariwisataan secara mandiri di desa wisata namu. Dengan capaian saat ini secara indicator ekonomi tentu menurut kami baru dalam kisaran angka 30% harapan pergerakan yang diinginkan. Namun capaian ini harus disyukuri sebagai hasil kerja keras kolaborasi Masyarakat dan pemerintah desa dalam mengembangkan desa wisata namu. Masih banyak pekerjaan dan program penting yang harus dikerjakan oleh seluruh komponen di desa wisata namu. Mulai dari pengembangan produk, penataan kasawasan dan hospitality. Dusun 3 dan 4 belum tersentuh untuk pengembangan kawasan wisata meski beberapa waktu terisi juga dan ini menjadi hal yang perlu di gerakkan ditahun 2025 dalam konsep pengembangan kawasan objek. “ ucap nizar saat dihubungi.
Untuk awal tahun 2025 Tim Desata Sultra sedang merampungkan penyusunan matriks internal factor evaluation (ife) dan external factor evaluation (efe) dengan pembobotan angka sesuai uji lapangan di desa wisata namu dengan menggunakan indicator data 2024. Hal ini untuk menghasilkan SWOT sebagai pijakan pergerakan tingkatan program dari skala biasa hingga skala prioritas di tahun 2025. (AN)
Editor;NZ