TERAMEDIA.ID, MUNA – Seorang pecinta dan ahli layang-layang dunia asal Jerman, Wolfgang, menyampaikan permintaan khusus kepada Pemerintah Kabupaten Muna dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam opening seremoni Festival Liangkabori 2025 yang digelar di Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Jumat (11/7/2025). Wolfgang meminta agar budaya Muna, khususnya peninggalan sejarah yang terdapat di Goa Liangkabori, diusulkan sebagai warisan dunia kepada UNESCO.
Permintaan ini bukan tanpa alasan. Wolfgang yang telah berkeliling dunia untuk mempelajari berbagai bentuk ekspresi budaya, menilai bahwa kebudayaan yang tersimpan di Kabupaten Muna adalah kekayaan peradaban yang sangat unik dan layak diakui dunia. Salah satu bukti kuatnya adalah temuan lukisan-lukisan prasejarah yang menghiasi dinding-dinding Goa Liangkabori dan salah satunya adalah lukisan layang-layang. Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat masa lalu, termasuk ritual, sistem sosial, hingga hubungan manusia dengan alam.
“Budaya Muna adalah bukti nyata dari peradaban kuno yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Ini bukan hanya warisan masyarakat Muna, tapi juga warisan dunia. Saya sangat berharap pemerintah daerah berani mengangkat ini ke level global melalui UNESCO,” ujar Wolfgang di hadapan tamu undangan dan masyarakat yang hadir dalam festival tahunan tersebut.
Menanggapi permintaan tersebut, Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua, menyampaikan apresiasinya. Ia bahkan menyatakan dukungan penuh atas inisiatif tersebut dan berkomitmen akan membentuk tim bersama Bupati Muna untuk merancang langkah-langkah strategis dalam pengusulan budaya Muna ke UNESCO.
“Ini adalah momentum yang sangat tepat. Dengan adanya dukungan dari komunitas internasional seperti Wolfgang, kita harus bergerak cepat. Saya bersama Bupati Muna akan membentuk tim khusus untuk menyusun dokumen pengusulan warisan budaya Muna ke UNESCO,” tegas Hugua.
Dukungan ini menjadi angin segar bagi upaya pelestarian dan pengenalan budaya Muna ke dunia. Festival Liangkabori yang telah memasuki pelaksanaan ketiga kalinya, menjadi simbol semangat masyarakat Muna untuk terus merawat identitas budaya mereka, sekaligus menjadi jembatan yang mempertemukan lokalitas dengan perhatian global.*(DY)