TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI- Berdasarkan data neraca ketersediaan dan kebutuhan bahan pokok untuk Mei 2023, terpantau ketersediaan pangan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dipastikan mencukupi.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Sultra, Ari Sismanto.
Ari Sismanto menyebutkan stok beras masih diatas 80,023 ton, jagung 9,149 ton, kedelai 675 ton, bawang merah 123 ton, bawang putih 141 ton, cabai besar 574 ton, cabai rawit 285 ton, daging sapi 527 ton, daging ayam ras 1, 311 ton, telur ayam ras 341 ton, gula pasir 610 ton, dan minyak goreng 182 ton.
Sedangkan untuk komoditas telur ayam ras di Sultra Ari mengatakan mengalami lonjakan harga. Bukan tanpa alasan lonjakan terjadi lantaran bahan baku pakan ternak yang mahal, sehingga memicu kenaikan telur di pasaran.
Kenaikan harga itu terjadi sejak Minggu ini. Dimana sebelumnya telur dibanderol dengan harga Rp28.000 per kg atau sekira Rp54.000 per rak, kini menjadi Rp30.000 per kg atau Rp60.000 per rak.
“Karena harga kedelai lagi naik, dan jagung juga cenderung naik hingga akhirnya mempengaruhi harga pakan ternak naik dan sedikit terpengaruh juga di harga telur dan daging ayam,” ungkapnya saat ditemui di Rujab Gubernur Sultra, Kamis (25/5/2023).
“Di Minggu kemarin kita masih normal, tapi ada pergerakan di Minggu ini. Kalau untuk bawang merah sedikit ada kenaikan juga tapi tidak signifikan,” sambungnya.
Selain itu, ia menyebut salah satu daerah di Sultra yaitu Kolaka Utara terjadi lonjakan indeks perubahan harga, khususnya komoditas beras, ikan kembung, dan juga minyak goreng.
Sehingga tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Sultra melayangkan surat ke Kabupaten Kolaka Utara dalam hal ini TPID untuk mengambil langkah-langkah dalam menekan laju perubahan harga.
“Kemudian Kolaka Utara juga sudah melakukan rapat, kemungkinan dalam waktu dekat kita akan melakukan intervensi untuk melakukan gerakan pangan murah,” ucapnya.
Menurutnya, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya indeks perubahan harga untuk beberapa komoditi tersebut, diantaranya curah hujan yang tinggi dan iklim yang tidak menentu. Akibatnya, sebagian panen masyarakat dan juga hasil tangkap nelayan menurun.
kondisi infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor kenaikan harga karena adanya kendala dalam pendistribusian bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya.
Reporter : Novi