TERAMEDIA.ID, KENDARI – Sudah pernah mendengar wisata Waburi Park? Sebuah lokasi wisata yang kini banyak di kunjungi oleh masyarakat.
Wisata Waburi Park, berada di Desa Gaya Baru, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan (Busel), provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Desa ini, berjarak sekitar 62 kilometer dari Kota Baubau, yang dapat ditempuh kurang lebih selama satu setengah jam. Jika dari arah ibukota Kabupaten Buton Selatan, Batauga, berjarak sekira 52 kilometer. Akses jalan menuju desa ini lancar dan dalam kondisi teraspal baik.
Waburi Park adalah sebuah destinasi wisata menarik yang diinisiasi oleh swadaya masyarakat yang digerakkan kepala desanya kala itu, seorang wanita bernama Wa Aua.
Mereka membangun fasilitas wisata yang diberi nama Waburi Park, memiliki kekayaan budaya dan tradisi, potensi hasil laut yang melimpah, serta pemandangan laut dari tepian bibir tebing adalah jualannya.
Kawasan yang dulunya hanya berupa hamparan padang berbatu yang tandus, kini ramai dikunjungi orang. Fasilitas wisata itu dikelola oleh badan usaha milik desa (bumdes) bekerja sama dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis).
Menurut Wa Aua, rata-rata dalam sehari sekitar seratus orang berkunjung ke Waburi Park. Para pengunjung ini berasal dari desa ataupun kecamatan tetangga.
Sedangkan Pada hari tertentu seperti akhir pekan, pengunjung dari kabupaten lain juga datang, hingga dari daerah lain di luar Sulawesi Tenggara hadir menikmati pesona Waburi Park.
Bahkan sejak berdirinya, Waburi Park telah menjadi tempat penyelenggaraan acara pernikahan yang menawarkan suasana alam terbuka.
Pengelola wisata menarik retribusi sebesar lima ribu rupiah per orang untuk masuk ke kawasan ini. Pengunjung dapat menikmati seluruh fasilitas yang ada secara gratis, termasuk gazebo, toilet, dan tempat shalat (musholla). Sedangkan bagi yang mau menikmati makan minum, dapat membelinya pada gerai-gerai kuliner yang ada di lokasi.
“Gerai-gerai ini disewakan ke masyarakat desa. Setiap hari mereka dikenakan biaya retribusi sepuluh ribu rupiah,” jelas Wa Aua.
Mereka yang berjualan di gerai ini berasal dari masyarakat dengan penghasilan keluarga yang tidak memadai. Diharapkan, usaha mereka dapat membantu perekonomian keluarga.
Wa Aua menggambarkan salah satu kondisi kemiskinan yang melanda warganya hingga terpaksa merantau ke Maluku Tenggara, ikut kapal penangkap ikan, selama enam bulan mereka bekerja. Namun, setelah pulang, mereka hanya mampu membawa pulang lima ratus ribu rupiah per orang.
“Kelompok masyarakat inilah yang kita akomodir untuk berusaha di gerai-gerai ini. Mereka sangat bersyukur diberi kesempatan berjualan di Waburi Park,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Belli, yang berkesempatan berkunjung ke Waburi Park, Jumat (10/11/2023), sangat mengapresiasi upaya Desa Wisata Gaya Baru, mengentaskan kemiskinan masyarakatnya.
Belli mengatakan, esensi pariwisata sesungguhnya adalah penguatan ekonomi masyarakat. Pariwisata yang baik adalah yang memberi ruang kreasi bagi masyarakat sekitarnya, turut ambil bagian dalam ruang-ruang ekonomi yang dihela oleh pariwisata.
“Waburi Park menjadi contoh bagaimana peran pariwisata menanggulangi kemiskinan, bahkan kemiskinan ekstrim sekalipun,” tegasnya.
Apalagi Desa Gaya Baru memiliki keunikan tersendiri dari sisi sosiokultural. Jika berkunjung ke desa ini, kaum perempuan akan lebih banyak ditemui dibanding kaum laki-laki. Hal ini disebabkan, lelaki di desa ini berprofesi sebagai nelayan yang waktunya habis digunakan untuk melaut.
Akibatnya, peran dan tugas kaum lelaki dalam rumahtangga, diambil alih oleh perempuan, yang kemudian menempa mereka menjadi tangguh dan kuat. Hal ini yang dapat menjelaskan sosok wanita seperti Wa Aua muncul sebagai tokoh-tokoh lokal yang memimpin desanya.
“Jika ingin menikmati eksotisnya Waburi Park, belajar keunikan sosial budaya masyarakat setempat, Desa Gaya Baru adalah tempat yang tepat,” kata Belli.*(ST)