TERAMEDIA.ID, KENDARI — Kota Kendari mulai dilirik menjadi salah satu pusat kolaborasi riset perubahan iklim dan kesehatan masyarakat pesisir di kawasan timur Indonesia. Hal ini terungkap saat tim Partnership for Australia–Indonesia Research (PAIR) yang berada di bawah Australia–Indonesia Centre (AIC) melakukan kunjungan ke Balai Kota Kendari, Rabu (15/10/2025).
Kunjungan tersebut dipimpin oleh Konsul Jenderal Australia di Makassar, Mr. Todd Dias, bersama sejumlah perwakilan universitas dari Indonesia dan Australia. Mereka berdiskusi dengan Pemerintah Kota Kendari mengenai peluang riset bersama yang menyoroti dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat pesisir, serta upaya penguatan kapasitas daerah dalam bidang kesehatan lingkungan.
Todd Dias menjelaskan bahwa program PAIR merupakan inisiatif yang berfokus pada riset kolaboratif antara kedua negara. Setelah berjalan sukses di kawasan selatan Indonesia, Australia kini memperluas kerja sama ini ke wilayah lain yang memiliki tantangan lingkungan serupa, termasuk Sulawesi Tenggara. Ia menekankan pentingnya riset yang dapat menghasilkan manfaat langsung bagi masyarakat lokal, bukan sekadar penelitian di tingkat nasional.
“Fokus kami adalah agar hasil riset benar-benar terasa dampaknya bagi masyarakat di daerah, seperti di Kendari yang memiliki potensi besar dalam isu lingkungan dan kesehatan pesisir” ujarnya. Menurutnya, kondisi geografis Kendari yang berada di kawasan teluk menjadikan kota ini relevan sebagai lokasi penelitian mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim, abrasi, dan sanitasi lingkungan.
Wakil Wali Kota Kendari, Sudirman, yang menerima langsung kunjungan tersebut, menyambut baik langkah Australia. Ia mengatakan bahwa Pemerintah Kota Kendari sangat terbuka untuk bekerja sama dalam bidang riset dan pengembangan kapasitas daerah. Menurutnya, kolaborasi dengan mitra internasional dapat memperkuat kebijakan pembangunan yang berbasis data dan berkelanjutan.
“Kota Kendari memiliki garis pesisir yang luas dan dinamika sosial ekonomi yang berkembang pesat. Tantangan perubahan iklim dan kesehatan masyarakat di kawasan ini perlu dihadapi dengan pendekatan ilmiah” ungkap Sudirman. Ia berharap kerja sama ini tidak hanya berhenti pada penelitian, tetapi juga menghasilkan program nyata yang dapat membantu masyarakat pesisir menghadapi dampak perubahan iklim.
Kerja sama antara Australia dan Kota Kendari ini juga membuka peluang baru bagi universitas-universitas lokal seperti Universitas Halu Oleo (UHO) untuk terlibat dalam penelitian internasional. Melalui riset lintas negara, hasil temuan diharapkan bisa diterapkan langsung di lapangan dan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan daerah.
Program PAIR sendiri menyoroti isu strategis seperti peningkatan suhu laut, pengelolaan lingkungan pesisir, pola penyakit yang dipengaruhi iklim, serta ketahanan sosial ekonomi masyarakat. Dengan melibatkan akademisi, pemerintah daerah, dan komunitas lokal, Kendari diharapkan dapat menjadi model kolaborasi riset yang mampu menjembatani ilmu pengetahuan dan aksi nyata di lapangan.
Kolaborasi ini menandai langkah penting bagi Kota Kendari dalam memperkuat posisinya sebagai kota pesisir yang tangguh dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.*(MW)
editor:DN