TERAMEDIA.ID, KENDARI – Dua tokoh nasional, Menteri Agama RI Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Pratikno, M. Soc. Sc., menyuarakan gagasan besar penyatuan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) ke dalam satu wadah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional. Gagasan itu mencuat dalam perhelatan STQH Nasional XXVIII di Kendari, Sulawesi Tenggara, yang disebut keduanya memiliki kualitas setara dengan MTQ tingkat nasional.
Menurut Menteri Agama, secara substansi antara STQH dan MTQ tidak lagi memiliki perbedaan yang berarti. Keduanya sama-sama menjadi ajang seleksi para penghafal dan pembaca Al-Qur’an terbaik Indonesia. “Sebenarnya tidak ada bedanya. MTQ dan STQH sama-sama musabaqah, artinya seleksi. Jadi mungkin sudah waktunya kembali ke satu istilah saja,” ujar Prof. Nasaruddin Umar di arena utama STQH Kendari.
Ia juga memuji pelaksanaan STQH di Sulawesi Tenggara yang dinilai berjalan dengan standar nasional. “Walaupun namanya STQH, tapi rasanya MTQ. Dari sisi peserta, panggung, dan partisipasi masyarakat, kualitasnya luar biasa. Ini penyelenggaraan terbaik yang pernah saya lihat,” ucapnya.
Menko PMK Prof. Pratikno pun senada. Ia menilai energi, anggaran, dan semangat masyarakat yang tercurah untuk STQH sama besarnya dengan MTQ. “Kalau biayanya, partisipasi masyarakat, dan dukungan daerah sama besar, mengapa tidak disatukan saja? Nanti akan kita bawa ke LPTQ Nasional untuk dibahas,” jelasnya.
Wacana penyatuan STQH dan MTQ ini disambut hangat banyak pihak sebagai langkah efisiensi sekaligus upaya memperkuat syiar Islam di Indonesia. Jika terealisasi, ajang musabaqah keagamaan di masa depan akan kembali menggunakan satu nama : MTQ Nasional — simbol persatuan umat, kebanggaan bangsa, dan gerakan besar mencetak generasi Qur’ani Indonesia yang mendunia.*(NF)
Editor:DN