TERAMEDIA.ID, BUTON – Mentari pagi menyapa lembut Desa Wabula, sebuah desa nelayan di ujung selatan Pulau Buton. Cahaya keemasan memantul di permukaan Laut Banda, menciptakan kilau seperti permata yang terserak di air. Dari kejauhan, perahu-perahu kecil kembali dari melaut, membawa hasil tangkapan segar yang menjadi denyut kehidupan masyarakat setempat.
Desa Wabula bukan sekadar tempat di peta. Ia adalah cerita panjang yang dituturkan ombak, angin, dan batu karang. Di sini, laut dan daratan berpadu menjadi panggung alami yang mempesona. Garis pantainya memanjang dengan pasir putih selembut tepung, sementara airnya sebening kristal mengundang siapa pun untuk berenang atau menyelam. Bagi para penyelam, Wabula adalah surga. Terumbu karang yang terjaga, ikan-ikan tropis berwarna-warni, dan kejernihan air membuat setiap sudut bawah lautnya seperti lukisan hidup.
Namun, pesona Wabula tidak berhenti di laut. Di tengah desa berdiri Benteng Wabula, peninggalan Kesultanan Buton yang kokoh menghadap ke laut lepas. Dari atas benteng, pemandangan membentang sejauh mata memandang—perpaduan birunya laut, hijaunya pepohonan, dan riuh rendah aktivitas desa. Benteng ini bukan sekadar batu yang ditumpuk, tetapi simbol sejarah, saksi bisu perdagangan rempah, perlawanan, dan kehidupan maritim yang telah berlangsung ratusan tahun.
Desa Wisata Wabula, yang terletak di Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, tengah mencuri perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Desa ini menawarkan perpaduan antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan sejarah yang terjaga ratusan tahun. Dengan garis pantai berpasir putih, air laut sebening kristal, dan tradisi yang masih lestari, Wabula menjadi destinasi unggulan pariwisata di wilayah Buton.
Secara geografis, Wabula berada di pesisir selatan Pulau Buton. Letaknya yang strategis di tepi Laut Banda membuat desa ini memiliki potensi bahari yang melimpah. Salah satu daya tarik utama adalah keindahan bawah lautnya. Spot snorkeling dan diving di Wabula terkenal dengan terumbu karang yang masih terjaga, ikan berwarna-warni, dan kejernihan air yang memungkinkan jarak pandang hingga belasan meter.
Selain keindahan laut, Wabula juga dikenal dengan benteng tua peninggalan Kesultanan Buton, yaitu Benteng Wabula. Benteng ini berdiri kokoh di atas bukit, menghadap langsung ke laut lepas, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah peradaban di wilayah ini. Dari atas benteng, wisatawan dapat menikmati panorama spektakuler laut biru dan hamparan desa yang asri.
Budaya lokal di Wabula menjadi pesona lain yang tak kalah memikat. Warga desa masih mempertahankan berbagai tradisi seperti tarian Lariangi, yang biasanya dipentaskan untuk menyambut tamu kehormatan. Selain itu, terdapat pula tradisi memintal benang dan menenun kain khas Buton dengan motif-motif yang sarat makna filosofis. Wisatawan dapat langsung melihat proses pembuatan kain tenun dari awal hingga akhir, sekaligus membeli sebagai cendera mata.
Pemerintah Kabupaten Buton bersama masyarakat setempat terus mengembangkan potensi pariwisata Wabula. Infrastruktur menuju desa kini semakin membaik, meski sebagian jalan masih memerlukan perbaikan. Penginapan sederhana berbasis homestay mulai bermunculan, memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan langsung kehidupan masyarakat pesisir.
Kepala Desa Wabula La Unci, dalam wawancaranya, menyampaikan bahwa desa ini ingin mengembangkan pariwisata berbasis komunitas, di mana masyarakat menjadi pelaku utama. “Kami ingin Wabula tidak hanya menjadi tujuan wisata, tapi juga sumber penghidupan berkelanjutan bagi warga,” ujarnya.
Dengan segala potensi yang dimiliki, Wabula diharapkan mampu menjadi ikon wisata Kabupaten Buton yang tidak hanya mengandalkan panorama alam, tetapi juga mengangkat nilai-nilai sejarah dan budaya lokal. Ke depan, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata diyakini dapat membawa Wabula menuju pengakuan lebih luas, bahkan di kancah internasional.
Wabula bukan sekadar desa di tepi laut. Ia adalah perpaduan harmoni antara alam yang mempesona, sejarah yang membanggakan, dan budaya yang hidup. Bagi siapa pun yang berkunjung, Wabula menawarkan pengalaman yang tak hanya indah di mata, tetapi juga hangat di hati.(ADV-I)
Editor:NZ