TERAMEDIA.ID, MUNA- Pernah dengar Desa Liangkabori?
ini adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Lohia Kabupaten Muna yang memiliki history Panjang soal peradaban manusia puluhan hingga ratusan ribu tahun silam.
Desa ini memiliki potensi yang besar untuk pengembangan sektor pariwisata, pasalnya Desa ini memiliki Gua dengan lukisan purba dan tempat keberadaan layang-layang tertua di dunia, Masyarakat lokal menyebutnya Kagati Kalope.
Tak hanya itu, desa liangkabori masih menjaga kebudayaan nenek moyang, mulai dari tenunan, tarian tradisional, hingga permainan rakyatnya.
Gua purba Desa Liangkabori.
Desa Liangkabori memliki beragam gua purba yang memperlihatkan aktifitas zaman dulu. Didesa ini terdapat 9 gua yang telah diexplor dan dimasing-masing guanya memiliki lukisan purba. Masayarakat setempat mempercayai lukisan dalam gua tersebut telah berumur ratusan bahkan puluhan ribu tahun silam.
Dipercayai bahwa Masyarakat dahulu ingin menggambarkan suasana kehidupan mereka dimasa lampau, namun karena belum mengenal angka dan huruf maka dibuatlah gambar yang seolah memperlihatkan aktiftas keseharian mereka seperti berburu hewan, menanam, menari, hingga bermain layangan.
Lukisan-lukisan purba di gua Liangkabori ini menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan dan peneliti. Para peneliti dari berbagai negara datang ke goa ini untuk mempelajari kehidupan manusia purba di Sulawesi Tenggara.
Layangan Tertua di Dunia (Kagati Kalope)
Tak hanya gua, desa Liangkabori diklaim sebagai tempat lahirnya layangan tertua di Dunia, Masyarakat lokal menyebutnya dengan Kagati Kalope. Layangan ini terbuat dari daun umbi hutan yang dikeringkan, sedang benang pengikat layangannya terbuat dari nanas hutan.
Proses pembuatannya dimulai dari mengumpulkan daun umbi hutan, lalu dijemur hingga kering kecoklatan. Setelah itu daun tersebut digunting atas dan bawahnya membentuk persegi. Sementara benang pengikatnya dibuat dari nanas hutan, yang batang nanasnya diserut hingga kecil. Hasil serutan itu digunakan sebagai benang dan pengikat daun untuk menempel tulang layangan.
Tulangnya sendiri terbuat dari bambu kecil dan dibentuk menjadi pola layangan. Daun umbi hutan atau Masyarakat lokal menyebutnya daun kalope secara falsafahnya dibagi menjadi dua jenis yaitu daun laki-laki dan daun Perempuan. Daun laki-laki ditempatkan ditengah kerangka layangan dan kiri kanan daun laki-laki akan ditempatkan daun Perempuan yang selanjutnya dijait menggunakan serutan nanas hutan.
Jika ada salah satu yang tertukar maka layangan tersebut tidak dapat terbang. Layangan tertua di dunia ini, memiliki suara khas saat diterbangkan. Suaranya yeng nyaring seperti suara kendaraan balapan menjadi pembeda dari layangan pada umumnya.
Hamparan Kars Desa Liangkaori
Desa Liangkabori memiliki bebatuan kars yang sangat indah. Karsnya menjulang tinggi mengelilingi desa ini. Ditahun 2024 ini, pemerintah sedang berupaya untuk mendaftarkan desa liangkabori sebagai geopark, karena potensi alam bebatuan karsnya yang kaya.
Hamparan kars yang luas dengan formasi batuan unik menghadirkan panorama yang menakjubkan. Wisatawan dapat menikmati pemandangan ini dari berbagai sudut, baik dari atas bukit maupun dari dasar lembah.
Permainan Rakyat (Kalego)
Kalego adalah permainan rakyat desa liangkabori yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kalego hanya menggunakan alat permainan yang sederhana dan mudah ditemukan, yaitu tempurung kelapa. Hal ini menjadikan permainan ini mudah diakses dan dimainkan oleh semua kalangan masyarakat, tanpa terkecuali.
Kalego merupakan permainan tradisional yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Muna. Permainan ini mengandung nilai-nilai budaya yang luhur, seperti kerjasama, sportivitas, dan ketangkasan. Permainan ini dimainkan dengan peserta maksimal 5 orang. Para pemain akan menembak tempurung kelapa yang berada di ujung lapangan dengan cara dipelintir.
Tempurung kelapa itu akan ditembak dengan tempurung kelapa pula, yang digerakan oleh para pemain menggunakan kaki. Batok kelapa tersebut dipelintir di antara dua kaki, lalu diarahkan menuju batok kelapa sasaran. Jika pemain dapat mengenai batok kelapa sasaran dengan sekali tembakan, mereka akan mendapatkan poin tinggi. Tim yang mendapatkan poin tertinggi dalam satu babak maka dialah pemenangnya.
Kaya akan Kebudayaan
Masyarakat desa liangkabori masih menjaga adat dan istiadatnya, mulai dari tariannya, silat tradisonal hingga acara adat saat menanam atau memanen hasil bumi. Selain Goa dan layangan, didesa ini juga anda akan menemukan pengrajin tenunan. Ekenomi kreatif di desa ini Tengah berkembang, seperti prodak kripik dari umbi hutan, souvenir layang-layang kagati kalope, pernak penik gantungan kunci, hingga pakaian dengan tenunan liangkabori.
Kepala Desa Liangkabori, Farlin mengatakan, desa liangkabori memiliki historis Panjang soal peradaban masa lampau, muali dari layangan tertua, goa purba hingga hamparan kars yang terbentang luas. Potensi ini akan digali dan mebenahi satu persatu untuk dapat mendatangkan wisatwan dan berdampak baik terhadap ekenomi Masyarakat desanya.
“permainan rakyat, ini hanya dimainkan disaat musim panen,” ucapnya saat diwawancarai awak media ini.
Di dua tahun belakangan ini, desa ini telah mengadakan 2 kali festival layangan yang dikemas dalam beberapa perlombaan untuk menyemarakkan kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, lewat festival layang-layang yang diadakan dari 2023 dan ditahun ini, mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekenomi di desa liangkabori,” katanya.
Tak hanya itu pelestarian permainan rakyat dan kebudayaan selalu terjaga. Jangan khawatir, aksebilitas dalam desa Liangkabori terbilang baik, jalanan yang telah di aspal hingga gerbang masuk destinasi goa. Didalam pusat destinasi ada pula homestay yang memungkinkan wisatwan untuk menginap di lokasidestinasi. Yuk Tunggu apa lagi, Ayomi ke Sultra!. ayo Kunjungi Desa Liangkabori kabupaten Muna. (ST)
editor:DN