TERAMEDIA.ID, KONAWE SELATAN – Kacang mete merupakan cemilan khas Sulawesi Tenggara. Desa Batu Jaya, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan memiliki lahan perkebunan jambu mente yang sangat luas. Hal ini disebabkan lahan desa Batu Jaya memiliki kriteria sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan tanaman jambu mete. Selain itu, tanaman ini juga memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
Meskipun jangka waktu panen jambu mete hanya setahun sekali, namun produksi kacang mete di desa ini sangatlah tinggi sehingga menjadi potensi yang harus dikembangkan. Hal tersebut mendorong mahasiswa tim Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN – PPM UGM) SG-008 Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan di bawah bimbingan Dra. Eko T. Sulistyani, M.Sc, untuk menginisiasi pemasaran produk kacang mete desa Batu Jaya.
Biji jambu mete dipanen untuk diolah menjadi kacang mete. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa KKN-PPM UGM terhadap warga pengolah kacang mete, pengolahan kacang mete dilakukan dengan berbagai tahap.
”Setelah biji jambu mete dipanen, biji dijemur di atas hamparan terpal selama 4-6 hari (7-8 jam/hari) menggunakan sinar matahari, lalu dilakukan sortasi antara biji berkualitas baik dan buruk. Hasil biji berkualitas baik dapat dikemas dengan karung untuk disimpan. Saat ini, produk tersebut sudah banyak tersedia di desa Batu Jaya dan siap untuk dijual. Namun, biji tersebut juga bisa diolah lebih lanjut dengan tahap pengupasan kulit menggunakan alat pemecah kulit hingga diperoleh kacang mete. Setelah itu, kacang mete dijemur kembali dengan kondisi yang sama. Kacang sesekali harus dibalik agar tidak hangus. Kacang mete kering lalu bisa digoreng dan siap dikonsumsi” ucap Bapak Mansyur selaku Bendahara Desa Batu Jaya (15/01/2024)
Tim KKN – PPM UGM SG-008 Konawe Selatan 2023 terlibat dalam memilih kemasan serta membuat logo kacang mete agar lebih menarik. Kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat untuk mengemas kacang mete bersama-sama. Kemasan yang digunakan berupa standing pouch zip lock. Setiap pouch yang sudah diisi dengan kacang mete kemudian ditimbang agar berat (gram) setiap produk sama. Logo yang sudah dicetak kemudian digunting sesuai bentuknya untuk ditempelkan pada kemasan produk. Produk tersebut sudah siap dijual pada Festival Budaya KKN-PPM UGM. Hasil penjualan produk kacang mete juga sangat baik dilihat dari habisnya stok selama berjualan.
Tak hanya produk kacang mete, produk dari desa Batu Jaya juga terdiri dari keripik pisang, asam mangga, tahi minyak, kasuami, dan minyak kelapa. Semua produk ini mendapat nilai jual lebih akibat dari pengemasan dan pelabelan yang menarik, ditambah harganya yang murah. Dari kegiatan tersebut, setiap masyarakat terlihat sangat antusias dan memiliki semangat yang tinggi. Harapan dari adanya kegiatan ini adalah masyarakat dapat mengetahui contoh kemasan produk yang bisa digunakan untuk berjualan. Selain itu, diharapkan masyarakat dapat mengembangkan produk-produk tersebut menjadi produk oleh-oleh khas Batu Jaya.*(AN)
Editor:NZ