TERAMEDAI.ID, KONAWE SELATAN – Pada awal februari yang lalu, mahasiswa yang tergabung dalam unit KKN-PPM UGM SG-008 baru saja menyelesaikan kegiatan kuliah kerja nyata di beberapa desa yang ada di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Sebanyak 29 mahasiswa yang berasal dari berbagai program studi dan fakultas dikerahkan untuk melaksanakan berbagai program kerja guna memanfaatkan potensi desa agar terwujud desa wisata. Hal ini bersesuaian dengan tema besar KKN-PPM UGM SG-008 Konawe Selatan yakni “Optimalisasi Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat menuju Desa Wisata di Desa Namu, Batu Jaya, dan Malaringgi. Sebanyak 29 mahasiswa tersebut kemudian dibagi menjadi tim yang mewakili tiap desa dan kemudian disebut sebagai sub unit.
Sub-unit Malaringgi merupakan tim beranggotakan 8 orang yang melaksanakan KKN selama 50 hari di Desa Malaringgi. Kedelapan mahasiswa ini berasal dari beragam fakultas di antaranya Fakultas Geografi, Fakultas MIPA, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Ilmu Budaya, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dengan latar belakang pendidikan yang beragam ini mahasiswa diharapkan dapat menginisiasi program kerja yang sesuai dengan kemampuannya guna diimplementasikan untuk mengembangkan potensi wisata Desa Malaringgi. Namun, sebelum dapat dikembangkan potensi wisata perlu dilakukan upaya konservasi berwujud penanaman mangrove di kawasan pesisir agar nantinya tidak mengakibatkan bahaya bagi desa Malaringgi ketika sudah berkembang menjadi desa wisata.
Mangrove sudah dikenal sejak lama memiliki manfaat bagi pencegahan berbagai ancaman bahaya bencana, salah satunya abrasi pantai. Pengikisan area daratan akibat gelombang lautan ini yang dimaksud sebagai peristiwa abrasi. Bagian akar mangrove yang menancap kuat di bagian dasar dan bercabang banyak menjadi elemen terkuat yang berfungsi untuk menormalkan ombak besar yang ada di lautan. Oleh karenanya, tanaman mangrove sering diletakkan di kawasan pesisir yang memiliki tipologi daratan berupa tanjung, tipologi pantai yang berbentuk teluk, serta garis pulau terluar yang rentan terhadap gelombang besar.
Salah satu desa yang berada di Kecamatan Laonti, Desa Malaringgi, merupakan desa yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan pesisir pantai. Bahkan, jarak permukiman masyarakat dengan garis pantai hanya berkisar antara 10 hingga 15 meter. Beberapa di antaranya juga mendirikan bangunan tepat di atas air laut. Apabila dibiarkan berlarut-larut, fenomena ini tentu akan membahayakan kehidupan masyarakat terutama terkait ancaman abrasi. Hal ini yang melatarbelakangi urgensi penanaman mangrove di lokasi tersebut. Menurut penuturan warga, terdapat beberapa titik lokasi di Desa Malaringgi yang paling rawan mengalami ombak besar terutama ketika angin musim timur.
“Terdapat dua lokasi yang sering dilanda ombak tinggi yaitu di tanggul yang terletak di dusun 1 dan dusun 4, terlebih saat musim timur nanti sekitar bulan 6 ke belakang ombak bisa tinggi dan jauh hingga mencapai halaman depan rumah warga. Saya senang apabila teman-teman mahasiswa KKN UGM ini bisa peduli dengan kondisi lingkungan kami dan saya sangat mendukung penuh upaya penanaman mangrove ini, harapannya kampung kami bisa terhindar dari bencana yang berasal dari laut” ucap Kak Idul (4/2/2024)
Pelaksanaan penanaman bibit mangrove ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WITA atau ketika air laut telah surut atau istilah warga setempat “meti”. Dalam prosesnya, kami saling bahu-membahu untuk berbagi tugas menanam bibit mangrove. Penanggungjawab atau PIC dari program kerja ini adalah Muhammad Hafizh Rahman Hakim dari Fakultas Geografi dan dibantu oleh Aziz Maulana dari Fakultas Kehutanan, Muhammad Daffa Haidar dari Fakultas Teknologi Pertanian, Dzakirah Azzahrah dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Adhelia Wida Alfaretha dari Fakultas Geografi. Terdapat juga beberapa warga yang membantu, salah satunya adalah Kak Ningsih.
Sebelum melakukan penanaman, mula-mula dilakukan penancapan acir yang sebelumnya telah diukur jaraknya, yakni 1 x 1 meter. Acir merupakan batang kayu yang nantinya diikatkan pada batang mangrove dan berfungsi untuk menjaga mangrove agar tetap berdiri kokoh. Setelah itu, dibuat lubang dengan kedalaman kurang lebi 15 cm yang digunakan sebagai tempat memasukkan media tanam bibit mangrove. Kemudian bibit mangrove yang telah menjadi satu dengan media tanam dimasukkan ke dalam lubang tanah dan ditutup kembali hingga seluruh permukaannya tertimbun tanah. Tahap terakhir yaitu dilakukan pengikatan antara batang mangrove dengan acir agar tetap kokoh.
Di bawah bimbingan dan arahan Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc., kami selaku mahasiswa KKN-PPM UGM SG-008 sub unit Malaringgi melaksanakan program kerja penanaman mangrove sebagai wujud kepedulian kami terhadap keberlanjutan ekosistem. Terwujudnya program kerja ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, seperti swadaya masyarakat, perangkat desa, hingga instansi pemerintah. Masyarakat banyak membantu secara sukarela terutama dalam penyediaan bahan untuk membuat acir berupa kayu gamal yang berasal dari kebun dan hutan miliki mereka. Perangkat desa yang terdiri atas kepala desa, sekretaris desa, serta kepala dusun juga banyak membantu dalam pelaksanaan program kerja terutama terkait dengan izin penanaman di lokasi terkait. Adapun instansi pemerintah yakni BPDAS-HL Sampara yang memberikan bantuan berupa penyediaan bibit mangrove dari lahan persemaian sebanyak 109 buah kepada unit KKN-PPM UGM SG-008 untuk ditanamkan di lokasi yang telah kami tetapkan. Harapan kedepannya, semoga aksi penanaman mangrove ini mampu memberikan hasil yang efektif terutama dalam pencegahan abrasi di Desa Malaringgi.*(AN)
Editor:NZ