NewsEkonomi

Komoditas Beras dan Cabai Masih Jadi Penyumbang Inflasi di Sultra

278
×

Komoditas Beras dan Cabai Masih Jadi Penyumbang Inflasi di Sultra

Share this article

TERAMEDIA.ID, KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Asisten II Setda menghadiri rapat koordinasi Pengendalian Inflasi di daerah yang setiap minggunya melalui Zoom Meeting, di Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Provinsi Sultra, Senin, (13/11/2023).

Rapat ini diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Mendagri RI), dan dipimpin langsung oleh Tito Karnavian.

Mendagri, Muhammad Tito Karnavian memaparkan, Indonesia berada diperingkat 141 dari 186 Negara di dunia dalam penanganan inflasi diangka 2,56 persen.

Menurut Tito, peringkat itu relatif baik. Mengingat dari list Badan Pusat Statistik Inflasi year on year artinya di Bulan Oktober 2023 dibanding bulan Oktober tahun 2022 angkannya 2,56 persen ini masih sesuai dengan target dari Bank Indonesia.

Mantan Kapolri ini melanjutkan, melihat dari data bulan kebulan, September ke Oktober terjadi kenaikan sebesar 0,17 persen. Hal ini cukup signifikan, meskipun lebih rendah dari bulan Agustus ke September sebesar 0,19 persen. Artinya diangka 0,17 persen terjadi kenaikan kita pernah mengalami deflasi -0,02 persen dibulan Juli ke Agustus.

Inflasi dari tahun kalender artinya dari September 2022 ke Oktober 2023 terjadi kenaikan cukup sekitar 1,8 persen ini terjadi kenaikan meskipun dalam batas terkendali.

“Tidak akan pernah berhenti sampai perintah Presiden untuk tidak melakukan rapat mingguan ini, karena rapat mingguan secara terus-menerus untuk mengendalikan inflasi serta dalam situasi eksternal utamanya karena perang Rusia dan Ukraina diperburuk lagi dengan Israel serta ketegangan politik lain,” ujarnya.

Sementara, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan, secara mantuman inflasi naik sebesar 0,17%. Komoditas utama penyebab inflasi bulan Oktober yaitu beras, Bensin, Cabai Rawit, angkutan udara, cabai merah, emas perhiasan, tarif airminum PAM, jeruk dan sawi hijau.

“Yang ingin saya sampaikan disini adalah komoditas yang memang masuk yaitu beras, cabai rawit, cabai merah dan gula sehingga memang kita pantau inflasi kemudian kami hubungkan dengan perkembangan harga mingguan yaitu dari indeks perkembangan harga di minggu terakhir ini masih didalam kisaran sesuai dengan Inflasinya,” ujarnya.

Olehnya ia menyarankan, untuk memenuhi kebutuhan, beras harus dipantau distribusinya agar bisa menjangkau daerah-daerah terutama yang sebagai distribusi utama terhadap inflasi dengan kenaikan IPH.

“Sedangkan harga cabai merah, cabai rawit dan gula pasir terpantau masih mengalami kenaikan,” bebernya

“Berdasarkan data yang kami miliki untuk potensi produksi padi di Provinsi sentral produksi dibulan Oktober sampai Desember, memang produksi padi masih diperkirakan mengalami penurunan di sebagian wilayah sentral produksi,” tambahnya.

Khusus bulan November, akan mengalami penurunan produksi padi secara nasional sebesar -14,10% sehingga penurunan ini akan berlanjut di bulan Desember. walaupun demikian penurunan di bulan Desember tidak sedalam penurunan potensi produksi padi dibulan November.

“Jadi diperkirakan bulan Desember 2023 potensi penurunan sebesar 3.089 ton beras atau sebesar -0,16% dibanding  Desember tahun lalu,” jelasnya.

Sementara itu, Asisten II Setda Sultra, Yuni Nurmalawati, menerangkan dari hasil paparan Mendagri, beberapa komoditi yang perlu menjadi perhatian serius karena enyumbang inflasi, yakni beras medium, cabai merah, cabai rawit, gula pasir dan jagung pipilan.

Ia mengatakan, secara jelas Mendagri sudah menyampaikan atau mengarahkan kepada kita agar benar-benar melakukan pemantauan pasar terkait dengan harga, mencari solusi-solusi, membuat inovasi kreatif berdasarkan keadaan kondisi daerah dan mengefektifkan ketersediaan dana yang dianggarkan dalam APBD.

Sebagaimana laporan yang diterima dari BPS bahwa inflasi Sulawesi Tenggara di pantau di dua kota yakni Kendari dan Baubau secara year-on-year mencapai 3,14 persen atau lebih rendah dari pada inflasi tahunan September 2023 sebesar 3,46 persen.

“Serta komoditas penyumbang inflasi masih tetap yakni beras, kelompok cabai serta kemarin yang mulai naik harganya adalah gula pasir. Gula pasir ini mungkin yang perlu kita sama-sama harus waspadai,” sambungnya.

“Bapak Pj Gubernur begitu fokus terhadap penanganan inflasi sehingga melakukan beberapa kegiatan bersama pihak terkait yakni melakukan gerakan pangan murah dari dinas ketahanan pangan, penyaluran dan percepatan beras bansos SPHP yang sudah dibantu dari teman-teman Bulog, serta kemarin dibeberapa kabupaten Wakatobi maupun Muna Barat sudah menyalurkan bantuan sembako dimana sumber pembiayaan dari BTT melalui dinas perindustrian dan perdagangan,” pungkasnya. *(ST)