NewsPolitik

Pengamat Politik Kritisi Gibran Sebagai Cawapres, Sah Dalam Hukum Cacat di Etika

226
×

Pengamat Politik Kritisi Gibran Sebagai Cawapres, Sah Dalam Hukum Cacat di Etika

Share this article

TERAMEDIA.ID,KENDARI – Koordinator Nasional Komunitas Pemilu Bersih, Jeirry Shampow mengkritisi putra sulung presiden Republik Indonesia, Jokowi Dodo sebagai Cawapres yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Hal ia sampaikan saat diwawancarai awak media, usai kegiatan rapat koordinasi penyelenggaraan Pemilu Badan Adhoc dalam mewujudkan Pemilihan Umum berintegritas Tahun 2024, di salah satu hotel Kendari, Rabu (15/11/2023) malam.

Menurutnya, polemik politik yang terjadi saat ini berpotensi membuat pemilihan umum tidak berjalan baik.

Ia menjelaskan, gibran secara hukum dibenarkan dan sah menjadi cawapres. Namun di sisi lain dalam penetapannya itu melanggar etika konstitusi.

“Kan bisa dilihat, konstitusi dirubah hingga membuat Gibran dapat maju sebagai cawapres, sah secara hukum namun cacat secara etika,” jelasnya.

Jeirry mengatakan, suara pemilih yang memilih Gibran dapat dibenarkan. Namun sosok mantan Walikota solo itu tidak dapat menjadi role model generi muda Z atau milenial.

“Jika Gibran menjadi role model dapat membahayakan bagi para pemuda, karena ada etika yang dilanggar, harusnya pemilih muda ini lebih kritis lagi,” tegasnya.

“Saya rasa pemilih juga mesti cerdas, jika kemudian ini dianggap sebagai hal yang keliru yah jangan dipilih,” ujarnya.

Olehnya pemilih mudalah yang mestinya lebih kritis dalam memberikan kritisi bagi jalannya pemilihan Umum agar tercipta iklim politik yang sehat, juga pemilihan umum yang berintegritas dan damai.

“Pengetahuan kaum muda soal media sosial, teknologi jauh lebih mempuni, maka kritik itu bisa disalurkan melalui itu,” pungkasnya.

“Gibran ini seolah dipaksakan, dan tidak melalui tahapan kematangan menjadi seorang politisi dan pemimpin dan ini berbahaya,” tambahnya.

Olehnya ia berharap agar semua elemen dapat terlibat aktif untuk mengawasi jalannya pemilihan Umum kedepan.

“Tidak dapat dijadikan role model, jika keliru jangan dipilih, salah di kritisi,” pungkasnya.*(ST)