TERAMEDIA.ID, KOTA KENDARI – Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Kementrian Pariwisata Republik Indonesia yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir, selalu memberi kejuatan dengan tumbuhnya gerakan Desa Wisata yang terus berkembang setiap tahunnya.
Dalam perjalanannya Sulawesi Tenggara sejak tahun 2021 sudah meloloskan 1 Desa Wisatanya yaitu Liya Togo di Wakatobi masuk dalam nominasi tertingi 50 besar Desa Wisata Terbaik se-Indonesia. Kemudian di 2022 Sulta kembali meloloskan 3 Desa Wisata yaitu Limbo Wolio (Keraton Buton) dan Desa Sumber Sari Air Terjun Moramo (Konsel).
Seiring berkembangnya waktu, jumlah desa wisata di sulawesi tenggara juga ikut tumbuh. Pertumbuhan ini bukan hanya sekedar ingin masuk dalam ajang ADWI, namun dipahami betul jika program Desa Wisata ini bisa berkelanjutan maka akan memberikan dampak enomoi yang positif bagi masyarakat. Karena berbicara Desa Wisata maka berbicara dampak ekosistem pariwisata secara luas, bukan hanya berbicara dampak bagi pengelola destinasi saja seperti yang selama ini terjadi.
Dalam Ajang ADWI sendiri ada beberapa kategori tahapan terbaik, dari total pendaftar setiap tahunnnya, akan memperebutkan kategori 500 besar, 300 besar, 100 besar dan 50 besar, namun untuk tahun ini ada kategori terbaik yang berubah dari jumlah pemenang. Dan tahun ini angka pendaftara sudah mencapai 400an lebih Desa/Kampung Wisata se-Indonesia.
Kampung Wisata Watu Watu Puncak Victo sendiri, karena berada dalam wilayah administratif Kota Kendari sehingga dikatakan Kampung Wisata, kalau ditingkat Kabupaten disebut Desa Wisata. Kampung Wisata Watu Watu sendiri baru resmi mendapat SK Kampung Wisata tahun 2022 Lalu. Namun Untuk Objek Utama dari Kampung Wisat ini adalah Puncak Victorinox. Puncak Victorinox biasa juga disebut Puncak Kodya, atau puncak Amarilis atau ada juga yang sebut Puncak Nipa Nipa.
Menurut Hariman, salah satu Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat sebenarnya Objek utama di kampung wisata ini, sejak tahun 90 an sudah dikenal warga kendari khususnya.
” Sebenarnya tempat ini bukan barang baru, karena sejak tahun 90 an sudah diperkenalkan oleh rekan-rekan pecinta Alam yang saya tau waktu itu Mapala Unhalu. Namun waktu itu hanya sebatas bahwa ada tempat camping di tengah kota yang tidak jauh mendakinya tapi lumayan untuk liburan alam terbuka, belum seperti konsep utuh kayak sekarang ini menjadi kampung wisata ” ucap Hariman.
Kini setelah ditetapkan menjadi salah satu Kampung Wisata di Kota Kendari smeua potensi pendukung Objek Utama digerakkan, mulai dari kegiatan UMKM produk lokal masyarakat setempat, kegiatan Lingkungan yang bernilai ekonomi, Kreatifitas Warga, Mengangkat Kuliner Khas, Seni Budaya Lokal, kelembagaan hingga manajemen pengelolaan kawasna wisata, kini dimunculkan semua. Dengan tujuan wisatawan tidak datang hanya untuk camping saja, tapi sepanjang jalan di kampung wisata ini, banyak atraksi wisata yang eduatif dan inspiratif bisa dinikmati.
Tim pendampingan di Kampung Wisata ini yaitu dari Desa Wisata Sultra (DESATA) memberikan penguatan kapasitas SDM, manajamen pengelolaan hingga pengembangan Digitalisasi serta edukasi pola penjagaan kawasan mengingat kawasan ini merupakan kawasan Tahura Nipa Nipa yang dilindungi dibawah pengawasan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga aturan dan kolaborasi harus duduk bersama dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Terkait.
Reporter : Doni