NewsHeadlineLongFormPariwisata

Desa Wisata Kaongkeongkea, Nikmati Alam dan Aroma Kopi

1052
×

Desa Wisata Kaongkeongkea, Nikmati Alam dan Aroma Kopi

Share this article

TERAMEDIA.ID, BUTON – Jauh dari keramaian kota, tersembunyi sebuah permata budaya di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Desa Wisata Kaongkeongkea, yang terletak di Kecamatan Pasarwajo, menawarkan pengalaman otentik yang memadukan keindahan alam tropis dengan kekayaan tradisi yang masih sangat kental. Desa ini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin menyelami kehidupan pedesaan yang damai dan kearifan lokal.

Nama Kaongkeongkea sendiri memiliki arti yang dalam dalam bahasa setempat, merujuk pada sebuah tempat yang ramai dengan aktivitas. Sejarah desa ini tidak terlepas dari Kerajaan Buton, dan warisan budaya dari masa lalu masih terasa kuat hingga kini. Masyarakatnya masih mempraktikkan adat istiadat yang diwariskan turun-temurun, menjadikannya living museum yang hidup.

Desa Kaongkeongkea, Merupakan salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk 812 Jiwa berdasarkan profil desa Tahun 2023 dengan luas wilayah 802 Ha yaitu 190 Ha wilayah pemukiman penduduk, 360 Ha wilayah Perkebunan jangka Panjang,  200 Ha Perkebunan yang masih diolah, dan 52 Ha merupakan Kawasan hutan  Adat Desa Kaongkeongkea.

Desa Kaongkeongkea memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2.223 cc ( 1 cc = 1ml = 1 cm3) pertahun dan memiliki topografi berbukit-bukit dengan ketingian 312 Mdpl, yang mana kondisi tersebut memberi peluang petani untuk bercocok tanam karena kondisi tanah tanah yang sangat subur.

Desa kaongkeongkea berasal dari Suku Lapandewa dan berbahasa daerah Cia-Cia yang mana Kaongekeongkea memiliki perjalanan Panjang dalam Sejarah Kesultanan Buton dimasa lalu, yakni menjadi wilayah pelindung Kesultanan Buton (Sorumba Pata Matana).

Lahirnya nama Kaongkeongkea berasal dari nama sebuah pohon yaitu pohon Ongkea, yang mana pohon ini memiliki buah yang dapat dikonsumsi dan menjadi bahan makanan utama dimasa silam sebagai penyambung hidup Masyarakat asli Kaongkeongkea.

Terdapat banyak keunikan dan hal uni lainnya yang ditemukan di desa ini yang dapat disuguhkan bagi pengunjung/wisatawan. Tanaman Kopi Robusta sebagai produk unggulan Desa Kaongkeongkea yang telah dibudidayakan sejak dulu dan telah melalui perjalanan yang cukup Panjang masih segar dibudidayakan hingga saat ini.

Upaya petani Kopi terus eksis mengembangkan lahan pertanian kopinya sehingga Pemerintah Desa berupaya menjadikan Perkebunan Kopi sebagai Wisata Agro (Agro WIsata Kebun Kopi). Yang menarik perhatian wisatawan adalah Cita rasa Kopi Kaongkeongkea yang mengunggah selera peminat kopi yang juga telah dikenal diberbagai kalangan dari berbagai wilayah di seluruh indonesia. Selain mengeksplorasi Kawasan kebun kopi, pengunjung/wisatawan juga dapat melihat/menyaksikan cara pengolahan kopi secara tradisonal.

Kades Kaongkeongkea, Hazirudin, SP, M.Si mengatakan kebun kopi di Desa Kaongkeongkea dapat di jadikan wisata desa yang bisa menggaet wisatawan lokal serta turis mancanegara apabila dikembangkan atau dikelola dengan baik.

“Perkebunan kopi dapat dikembangkan menjadi agrowisata, tidak hanya menjadi tempat rekreasi dan berlibur, melainkan juga memberikan edukasi pertanian khususnya perkebunan kepada masyarakat,” tuturnya

Dari segi Wisata Alam pengunjung disuguhkan dengan kesejukan dan keindahan alam Air Terjun Bumbula/Air Terjun Kaongkeongkea, Kejernihan dan kesejukan permandian Lincu Kanda dan Permandian Kali Monu, selain itu pula destinasi ini dapat digunakan sebagai tempat Camping yang siap menguji pengalaman bagi para pengunjung, dan juga Kawasan wisata alam ini masih dijaga keaslian dan keasriannya.  Wisata Buatan yang dibangun melalui program Dana Desa tahun 2019 adalah Wisata Jembatan Gantung Lincu Bou dengan pesona alam ayang dapat menghipnotis pengunjung/wisatawan yang datang berkunjung, pengunjung juga bisa berswa foto, ataupun mengabadikan moment weekend dihari libur.

Segi Wisata Budaya di Desa Kaongkeongkea sendiri masih tetap dilestarikan yaitu Pesta Adat Pisampea dan Pesta Ada Mata?a Galampa, Kegiatan adat ini dilaksanakan 2 kali setahun yaitu pada Bulan April dan Bulan Oktober. Tradisi ini dilaksanakan di Baruga (Galampa) yang berlangsung selama 3 Hari. Pada pagelaran budaya ini wisatawan/pengunjung dapat mengikuti rangkayan upacara adat dari Pembukaan Acara adat, Batanda (Tari Samba yang di iringi dengan syair kabanti/nyanyian adat), Sampu Galampa (Angkat Talang dan Makan Bersama di Baruga/Galampa), Tarian adat khas Desa Kaongkeongkea ( Tarian Ngibi untuk Laki-laki dan Linda untuk Perempuan) serta Tari Mangaru (Tari Ponare) sebagai rangkaian penutup dari Pesta Adat tersebut. (ADV-I)

 

 

Editor:NZ