NewsKesehatanMetro

Pemeriksaan Kanker Serviks di Seluruh Puskesmas se-Kota Kendari Kini Sudah Gratis, Dinkes Ajak Masyarakat Deteksi Dini

388
×

Pemeriksaan Kanker Serviks di Seluruh Puskesmas se-Kota Kendari Kini Sudah Gratis, Dinkes Ajak Masyarakat Deteksi Dini

Share this article

TERAMEDIA.ID,KOTA KENDARI- Wanita dengan kanker leher rahim atau kanker serviks di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam tiga tahun terakhir mencapai 21 kasus.

Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari pada tahun 2022 tercatat, ada 14 dari 246 wanita yang positif kanker serviks melalui pemeriksaan IVA test.

Sedangkan pada tahun 2023 tercatat, ada 6 dari 61 wanita yang hasil pemeriksaannya dinyatakan positif.

Kemudian pada tahun 2024 tercatat, ada 1 dari 140 wanita yang dinyatakan positif. Dari jumlah tersebut disimpulkan bahwa Kota Kendari berkontribusi terhadap jumlah kasus wanita dengan kanker serviks.

Hal tersebut dibahas dalam sosialisasi deteksi dini kanker leher rahim dengan metode DNA HVP dan IVA (Co-Testing) bertempat Kantor Ruang Samaturu, Kantor Balai Kota Kendari, Selasa (30/7/2024).

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kendari, Elfi mengatakan deteksi dini kanker leher rahim ini penting untuk dilakukan utamanya bagi semua wanita usia subur (WUS) yang pernah melakukan hubungan seks.

Elfi menjelaskan, deteksi dini ini bisa dilakukan di layanan kesehatan seperti Puskesmas. Namun, jumlah yang melakukan pemeriksaan hingga kini masih jauh dari yang diharapkan.

Padahal kata Elfi, layanan deteksi dini kanker serviks kini sudah bisa didapatkan secara gratis di seluruh Puskesmas se-Kota Kendari.

“Alhamdulillahnya Kota Kendari menjadi salah satu lokus untuk implementasi DNA HPV. Pemeriksaan DNA HPV selama ini berbayar dan tidak murah, namun ini menjadi gratis di seluruh puskesmas di Kota Kendari, ungkap Elfi, Selasa (30/7/2024).

Lebih lanjut Elfi menyebut target capaian deteksi dini kanker serviks di Kota Kendari masih sangat rendah yaitu hanya 1 persen dari target 70 persen.

Olehnya itu Elfi mengajak para pasangan atau suami agar memberikan dukungannya kepada istri untuk melakukan pemeriksaan kanker serviks.

Tempat sama, Ketua Tim Kerja Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim, Direktorat P2PTM Kemenkes RI, dr. Yoan Hotnida Naomi menjelaskan risiko tinggi kanker serviks lebih besar terjadi pada usia dibawah 18 tahun, dimana telah aktif secara seksual.

“Untuk menjadi lesi prakanker saja membutuhkan 5-10 tahun. Dari ketemu lesi prakanker kalau tidak dilakukan tata laksana atau interpensi pada lesi prakankernya tentu saja nanti di 10 tahun kemudian menjadi kanker,” jelas Yoan.

Yoan menambahkan, semua wanita yang telah aktif secara seksual berisiko terkena kanker serviks. *(NV)

 

Editor:NZ